Resensi naskah dari sebuah artikel
1. Data Publikasi
a. Judul : Mahasiswa ITB Kembangkan Bahan Komposit
b. Penulis : Arief Sujatmoko
c. Penerbit : NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA
d. Website : http://nationalgeographic.co.id/lihat/berita/2272/mahasiswa-itb-kembangkan-bahan-komposit
e. Tanggal : 11-November-2011
f. Tema : Sains dan teknologi
2. Sinopsis atau ringkasan
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan bahan komposit yang berguna untuk mengganti logam yang selama ini digunakan pada dunia industri serta kesehatan menjadi bahan yang lebih ringan. Pembuatan bahan komposit ini terhitung lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan logam. Selain mudah dalam pembuatannya, bahan komposit juga memiliki total beban lebih ringan daripada logam. Mahasiswa ITB menjelaskan bagaimana proses pembuatan bahan komposit. Proses yang mereka gunakan di ITB adalah wet lay up. Dasar permukaan diberi lilin agar tidak lengket, kemudian campuran antara resin dan katalis dituangkan ke bahan yang akan digabungkan. Setelah itu gabungan bahan dasar dan serat itu kemudian dipres dan didiamkan selama dua hari.
Di luar negeri seperti Jepang, komposit cukup populer dan berkembang untuk industri pesawat terbang. Sebaliknya di Indonesia komposit masih jarang digunakan karena ilmu komposit belum cukup populer dan terekspos. Sumber daya ahli mengenai ilmu komposit juga belum banyak di Indonesia. Untuk di Indonesia, sudah pernah ada percobaan penggunaan bahan komposit pada tank di tahun 1998,tetapi masih belum banyak digunakan karena beberapa faktor.
3. Keunggulan
Artikel “Mahasiswa ITB Kembangkan bahan Komposit” mengangkat tema dan isi yang menarik perhatian pembaca khususnya di bidang sains dan teknologi. Penulis mampu mendeskripsikan bagaimana mahasiswa ITB dalam melakukan pembuatan bahan komposit sehingga pembaca dapat mencoba di rumah sebagai bahan penelitian. Selain itu, penulis juga mampu memberikan informasi yang jarang ditemukan di beberapa artikel lain mengingat bahan komposit kurang populer untuk masyarakat Indonesia. Maka, setelah membaca artikel ini banyak pembaca yang tahu bahwa bahan komposit ini lebih ringan dan lebih mudah pembuatannya dibanding dengan logam. Melalui artikel ini, bahan komposit akan lebih populer dan terekspos sehingga masyarakat Indonesia dapat mengenal serta memanfaatkan bahan komposit.
4. Kelemahan
Ada bagian naskah artikel ini yang belum dijelaskan, seperti pada kalimat “Sebenarnya, komposit sudah cukup populer di luar negeri seperti di Jepang, namun untuk di Indonesia sendiri masih belum banyak digunakan karena beberapa faktor”. Dalam penggalan kalimat diatas, penulis tidak menjabarkan apa saja yang menjadi faktor-faktor kurang populernya bahan komposit di Indonesia.
5. Pendapat akhir atau saran
Pengembangan sains dan teknologi sangat bagus dijadikan sebuah naskah artikel mengingat sekarang ini sains dan teknologi semakin berkembang di seluruh dunia. Agar bahan komposit mudah dikenal dan populer di Indonesia khususnya di bidang industri dan kesehatan, maka sangat perlu informasi bagaimana pembuatan bahan komposit dibuat dalam beberapa seminar. Dengan adanya seminar yang sering dilakukan dalam pengembangan bahan komposit maka bahan komposit akan populer dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.
6. Lampiran naskah
Mahasiswa ITB Kembangkan Bahan Komposit
Oleh Arief Sujatmoko | 11-11-2011 | http://ngi.cc/nAE | sains dan teknologi
Arief Sujatmoko
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan bahan komposit sehingga menjadikannya bahan yang lebih ringan untuk industri serta kesehatan. Teknologi ini diperagakan pada hari Jumat (11/11) pada acara Material-Metallurgy Fair 2011.
Pengembangan teknologi bahan komposit ini berguna untuk mengganti logam yang selama ini digunakan pada dunia industri. "Di luar negeri, bahan komposit ini sudah dikembangkan, seperti untuk pesawat. Karena pesawat membutuhkan bahan yang lebih ringan," jelas Ketua Material Inovation and Research Club, Steven. Untuk di Indonesia, sudah pernah ada percobaan penggunaan bahan komposit pada tank di tahun 1998.
Pembuatan bahan komposit ini lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan logam. "Proses yang kami gunakan di ITB adalah wet lay up. Dasar permukaan diberi lilin agar tidak lengket, kemudian campuran antara resin dan katalis dituangkan ke bahan yang akan digabungkan. Setelah itu gabungan bahan dasar dan serat itu kemudian dipres dan didiamkan selama dua hari," jelas Menteri Keprofesian dan Pendidikan Himpunan Mahasiswa Teknik Material, Milda Hapsari.
Selain lebih mudah dari pembuatannya, bahan komposit ini memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan logam. "Kalau kita menggunakan baja, bisa diganti dengan bahan komposit dari karbon yang memiliki total bobot hanya satu per empat dari baja," ungkap Steven. Sebenarnya, komposit sudah cukup populer di luar negeri seperti di Jepang, namun untuk di Indonesia sendiri masih belum banyak digunakan karena beberapa faktor.
"Hal ini dikarenakan ilmu komposit belum cukup populer dan terekspos. Sumber daya ahli mengenai ilmu komposit juga belum banyak di Indonesia," papar Steven yang ditemui di ITB.